Friday, November 18, 2011

Naik Kereta Api

Kemacetan merupakan bagian dari keseharian di Jakarta, oleh karenanya untuk membuat janji atau pergi ke suatu tempat yang melintas daerah-daerah rawan macet mestu di waspadai sedini mungkin. Busway menjadi salah satu alternatif untuk membantu mengatasi masalah transportasi di Jakarta, namun sayang penggunaan jalan busway menggunakan sebagian dari jalur yang sudah ada sehingga daya tampung jalan bukan bertambah malah berkurang. Akan tetapi, upaya perbaikan sudah ada meskipun harus tetap dikaji ulang, seperti pembelian isi ulang tiket mengapa harus dilakukan di Indomaret, hal ini jelas-jelas 'kongkalikong' yang sangat berbau bisnis dan bukan mengedepankan pelayanan kepada masyarakat.

Seperti pengalaman yang lalu, ketika berrencana pergi ke Depok dengan menggunakan Taxi, pada saat jam kerja, Pengemudi Taxi tidak berani memprediksikan waktu tempuh. Atas saran teman lebih baik menggunakan Kereta api (KRL) Juanda-Bogor, waktunya sudah ditentukan sesuai jadwal, dan waktu tempuhnya juga dapat diprediksikan, sehingga perjalanan bisa lebih efektif.

Benar juga, ternyata selain biaya perjalanan lebih murah, waktu tempuhnya juga tepat, Jakarta - Depok memerlukan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. Dari stasiun Juanda jam 09.00 sampai stasiun UI pukul 09.40, masih bisa tepat waktu untuk menghadiri acara jam 10.00. Pengalaman di KRL pun tak kalah menarik, sayang belum sempat merekam kegiatan di dalam KRL secara detail. Pedagang asongan pun beragam dagangannya; mulai dari peci, alat pijat tangan dari lembaran karet, makanan minuman ringan, plester dengan motif batik. Tidak lupa pengamen dengan kualitas suara yang beragam, peralatan juga beragam, Yang menjadikan buah pemikiran adalah ketika seorang perempuan muda sedang hamil, beringsut jongkok menyapu lantai kereta dengan menggunakan sapu khusus yang dibuat sedemikian rupa sehingga pas untuk menyapu dengan posisi jongkok, tangan satunya membawa pengki untuk menaruh sampah-sampah, dibelakangnya anaknya yang kira-kira berusia 4-5 tahun membawa bungkus bekas permen, menengadahkan wadah tersebut pada setiap penunpang, mengharapkan rasa iba para penumpang, dari gerbong ke gerbong berikutnya. Demikian perjuangannya di kota besar... rasa malu dan pertimbangan masa depan mental anak tak dipedulikan lagi.




Penumpang dari Jakarta menuju Depok
sketsa dg multiliner brushpen

Dan yang sempat dibuat sketsa ada beberapa penumpang dengan kesibukannya sendiri-sendiri, sepanjang dalam perjalanan ke Stasiun UI Depok maupun dari Depok ke stasiun Juanda.


Seorang penumpang dengan memakai hood jaketnya
untuk sedikit meredam kebisingan suara


Mom and her daughter


Dalmatian kutubuku
brushpen sketch

Newsport reader

No comments: