Sunday, May 16, 2010
MENENGOK JEJAK MASA LALU DI BANTEN LAMA
Di suatu hari libur, matahari bersinar sangat terik. Mungkin itulah alasan mengapa hari ini dalam bahasa Inggris disebut Sunday. Atit dan saya berencana ke Banten Lama untuk hunting sketsa di Istana Kaibon yang profilnya pernah kami lihat di internet. Dari beberapa kawan yang juga berniat datang, akhirnya hanya 2 orang yang datang, Davinna dan Cita, 2 orang "Lara Croft" yang berencana untuk mengobservasi bangunan-bangunan bersejarah (atau paling tidak sisa-sisanya).
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Istana Kaibon. Didirikan untuk ibunda Sultan Syafiuddin, yaitu Ratu Aisyah yang memegang kendali pemerintahan karena pada waktu itu Sultan masih sangat muda untuk memerintah. Bangunan ini mempunyai desain yang sangat unik, karena pada zaman dahulu bangunan ini dikelilingi oleh saluran air...seolah-olah istana yang berdiri di atas air. jalan masuk juga melalui jalan air. Sayang sekali bangunan ini dihancurkan pemerintah penjajah Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Hermann Willem Daendels tahun 1832. (sumber: navigasi.net) Sekarang kondisinya tinggal reruntuhan, hanya terlihat dinding-dinding, sisa-sisa bangunan, serta gerbang yang masih utuh.
Tempat selanjutnya adalah Istana Surosowan. Istana sekaligus benteng yg didirikan sekitar tahun 1522-1526. Kondisi reruntuhannya lebih parah daripada Istana Kaibon. Namun di sini masih bisa dilihat sisa-sisa pemandian (petirtaan) yang berisi air berwarna hijau karena dipenuhi ganggang dan lumut (sumber: wikipedia).
Dari sana kami mengunjungi kompleks Mesjid Agung Banten yang letaknya tidak jauh, sambil mampir sebentar ke warung-warung yang banyak terdapat di sana untuk mengisi perut kami yang keroncongan, sambil menyempatkan diri untuk sholat dzuhur di Mesjid Agung Banten. Setelah itu menikmati keindahan menaranya yang menjadi obyek foto paling populer di sana.
Dengan sedikit mengabaikan panasnya matahari yang menyengat kami melanjutkan ke Benteng Speelwijk. Bangunan peninggalan Belanda ini tidak terawat dan sudah dialihfungsikan oleh orang-orang setempat sebagai tempat bermain dan berlatih sepak bola. Bangunan ini memiliki lorong-lorong gelap yang merupakan akses masuk ke ruangan-ruangan dalam benteng. Namun kondisinya gelap sehingga kami harus berpikir 2 kali untuk masuk dalam lorong, dan saat berpikir yang ke-2 kali, kami memutuskan untuk tidak masuk (takuuuuut hehehe...). Garis laut dapat dilihat dari atas benteng, bisa mencoba menikmati hamparan pemandangan dari menara pandang yang terletak di sudut benteng. Meskipun pemandangan yang banyak terlihat adalah orang nongkrong-nongkrong, bermain bola, serta kambing-kambing berkeliaran. Di sekitar benteng juga terdapat makam-makam orang eropa, makam-makam ini suasananya tidak menyeramkan seperti bayangan kita karena sudah jadi tempat untuk orang nongkrong dan ngobrol2.
Perjalanan ke Banten Lama kami tutup dengan mampir dan berfoto sejenak di Mesjid Pecinan yang sudah tinggal menaranya saja. Itulah bangunan bersejarah terakhir yang mengantar kembalinya kami ke Jakarta. Sebuah perjalanan antar ruang dan waktu yang sangat sukses...maaf, belum sukses, karena suatu saat kami akan kembali karena rasanya masih ada sesuatu yang kurang dan tertinggal di sana.
Sampai Jumpa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
jejak sejarah lewat goresan-goresan rapihmu menjadi semakin anggun dan layak dikenang. me love these sketches, bro.
Post a Comment