Pagi itu, tak jauh dari pohon nangka, terjadi percakapan serius. Kandang burung diturunkan dari pohon plumeria yang ada didekatnya. Beberapa orang berkerumun. Terjadi tawar menawar. Namun, si pemilik rupanya belum mengijinkan burung miliknya dimiliki si pembeli. Digantungnya kembali kandang burung itu ke tempatnya. Kerumunan itu pun bubar.
Itulah salah satu hiruk pikuk yang berlangsung di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Pedagang pasar yang terletak di Jalan Bantul itu berasal dari relokasi Pasar Burung Ngasem. Di tempat yang baru tersebut, kios-kios berderet teratur, bertaman rapi, dan ramai sekali oleh pengunjung. Tak jarang terlihat turis berlalu lalang dan memfoto berbagai objek yang menurut mereka unik.
Berburu Sketsa
Di PASTY, Indonesia’s Sketchers Jogja atau IS Jogja pagi itu mendapatkan tiga tema sekaligus: human interest, hewan, serta tumbuhan. Mulai dari pukul 9 pagi, peserta sketsa menyebar dan berburu berbagai objek, seperti anjing, burung, dan lain sebagainya.
Setelah cukup puas bersketsa, pukul 12 siang kami berkumpul di pendapa PASTY. Setelah menggelar tikar, dimulai permainan perkenalan. Permainan perkenalan selalu dilakukan karena selalu ada anggota yang baru saja bergabung. Kali ini, perkenalan dilakukan dengan menyebutkan nama lengkap sekaligus artinya.
Peserta IS Jogja berkumpul di Joglo PASTY dan berdiskusi sketsa yang sudah didapatkan
Saat perkenalan, peserta lain harus mendengarkan. Setelah semua peserta memperkenalkan diri, masing-masing orang diminta menyebutkan arti nama yang tertera di undian. Bagi yang tidak bisa menyebutkan arti nama dalam kertas undian, ia tidak diijinkan mengikuti kuiz yang berhadiah dingklik sumbangan dari Erick Eko Pramono, koordinator facebook ISJogja.
Ternyata, cukup banyak yang dapat menyebutkan arti nama peserta lainnya dengan benar. Terbukti ada 10 orang yang bisa lolos mengikuti kuiz berikutnya. Kuiz berikutnya adalah estafet informasi melalui gambar. Satu kelompok terdiri dari 4 orang. Dua sebagai penggambar dan dua orang sebagai penerjemah atau interpreter.
Hadiah Dingklik
Karena dibutuhkan 12 orang, maka ada 2 peserta tambahan yang diikutkan kuiz. Selanjutnya, setelah dibagi menjadi tiga kelompok, mereka berlomba untuk menyampaikan informasi. Siapa yang paling banyak menyampaikan informasi dalam 6 menit, dialah pemenangnya. Hasilnya cukup menggelikan. Soal ‘tunas kelapa’ misalnya , setelah diestafetkan informasinya dalam gambar menjadi ‘pohon palem’. Sedangkan soal ‘anjing bulldog’ menjadi ‘manusia tikus’, dan sebagainya.
Hasil berburu sketsa di PASTY
Setelah acara kuiz yang cukup menguras energi tersebut, Puspitasari Dharsono, pengajar Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menyampaikan pengetahuannya mengenai sketsa.
“Sketsa itu bukan untuk bagus-bagusan, tapi bagaimana ke arah kita bagaimana merekam pengalaman. Berbeda ketika merekam dengan kamera, merekam dengan sketsa membuat kita jadi ingat. Misal, ketika saya membuat kurungan ayam tadi, saya jadi mengerti bagaimana membuat kurungan ayam. Itu karena setiap membuat garis saya hitung. Diantara dua garis tebal, ada 12 garis yang kecil. Jadi intinya, menyeketsa itu seperti mencatat sesuatu,” jelas Dosen yang dipanggil Pipit itu.
Penyerahan hadiah untuk pemenang kuiz.
Selain penjelasan dari Puspitasari, juga ada tips untuk belajar melatih menggambar perspektif oleh Hendro Purwoko, pengajar Desain Interior Institut Seni Indonesia. Acara ditutup dengan penyerahan hadiah dingklik oleh Puspitasari Dharsono kepada pemenang kuiz Sabdatama, mahasiswa Universitas Islam Indonesia. (Niken Anggrek Wulan)
4 comments:
hebat komunitas sketser Yogya!
acaranya benar-benar komplit!
seru acaranya temen -temen IS Jogja. Tema, momentum event, dan cara mengemas acaranya kreatif! menginspirasi. salut!
IS Yogya betul2 mantap acaranya..out of the box. Semoga bisa diadaptasi teman-teman dimanapun..
selamat!
sukses buat IS-Yogja...
salut atas effort dan semangatnya....
Post a Comment