Kotagede tidak hanya terkenal dengan kerajinan peraknya. Tempat wisata timur Kota Yogyakarta itu juga terkenal dengan berbagai objek wisata lainnya. Di Kampung Alun-alun misalnya, terdapat warung es legendaris bernama Ys Sidosemi. Menu andalannya, es kacang ijo dan ketan. Ada juga limun Saparella. Interior warung yang jadulnya nggak dibuat-buat itu menarik untuk di sketsa meski sambil makan bakso.
Pagi pukul 9 Minggu 17 April lalu, IS Jogja sudah berada di kawasan Masjid Gede, Kotagede, Yogyakarta. Depan masjid sudah dipenuhi penduduk sekitar. Kami berkumpul di halaman parkir. Hari itu sangat ramai dan bernuansa lain karena bertepatan dengan acara Nguras Sendang Salirang yang rutin diadakan setiap tahun, tanggal 10 bada mulud (penanggalan jawa).
Nggak Rebutan, Nggak Seru!
Pukul 10, jumlah penduduk yang datang semakin banyak. Mereka berkumpul di halaman masjid, siap merebut isi gunungan yang berisi makanan, sayur, dan buah. Berhasil mengambil nanas yang di pucuk gunungan, itu suatu kebanggaan. Namun, hanya mendapat sebulir kacang panjang pun tak mengapa. Yang penting ada bagian gunungan yang dibawa. Isi gunungan seperti nanas, telur merah, jajan pasar, dipercaya membawa berkah.
Pembawa acara upacara nguras sendang yang berdiri di depan gunungan pagi itu tak lelah-lelahnya mengingatkan. Ia berkali-kali mengatakan, bahwa gunungan itu bukan untuk acara rebutan.
“Kotagede beda dengan daerah lain. Gunungan ini tidak untuk diperebutkan. InsyaAllah dapat jatah satu-satu,” begitu kira-kira yang dikatakannya.
Incar Nanas
Meski diingatkan sampai berbusa-busa, anak-anak dan orang tua tetap saja siap berebut. Mata mereka tampak awas mengincar bagian yang paling diinginkan. Umumnya mereka ingin mengincar nanas dan telur merah yang berada di pucuk gunungan. Lebih besar dan posisi di atas lebih membawa berkah, pikir mereka.
Saat gunungan sedang didoakan, rebutan terjadi. Beberapa orang sudah nangkring di atas gunungan. Lainnya pun tak ingin kalah. Dengan sigap mereka berebut uba rampai atau makanan yang ada. Puluhan fotografer pun berebut memfoto momen yang berlangsung singkat itu.
Risky, salah satu peserta IS Jogja, menyeket di depan rumah penduduk di Between Two Gates
Saat peristiwa itu, kami juga ikut berdesakan menyaksikan rebutan gunungan. Meski begitu, lebih banyak teman sketser yang memilih tempat yang lebih aman dari senggolan orang dan menyeket dengan tenang.
Between Two Gates
Selesai acara yang melelahkan itu, IS Jogja berkumpul di kawasan Between Two Gates. Sebutan itu merupakan tata lingkungan kampung di Kampung Alun-alun. Pemukiman yang ada sejak 1840 itu bergaya arsitektur Jawa yang saat ini sudah sulit ditemui di Yogyakarta. Di jalan selebar 1,5 hingga 2,5 meter tersebut terdapat ornamen yang beragam. Masih dijumpai tadhah alas sebagai sarana fungsi sosial warga, misalnya untuk ngobrol.
Kawasan Kotagede sangat sering digunakan baik mahasiswa atau masyarakat umum yang ingin melihat-lihat atau melakukan penelitian. Oleh sebab itu, Pak RT, RW, atau Takmir Masjid sangat terbuka menerima siapa saja, termasuk IS Jogja.
1 comment:
edaaan...saya angkat topi untuk kegiatan sketsa kawan2 di Yogya...sketnya mantap-mantap...kegiatan oke punya dan ulasannya oke..
Post a Comment